Menulis itu seperti berbicara lewat huruf. Namun, pernah nggak kamu baca tulisan yang bikin kamu merasa kayak lagi baca undang-undang? Ribet, panjang, dan bikin pusing. Nah, di situlah metode plain language hadir sebagai penyelamat.
Saya sendiri pertama kali kenal konsep plain language waktu lagi belajar content writing dan copywriting. Sederhananya, plain language adalah metode menulis yang mengutamakan kejelasan, kesederhanaan, dan kemudahan dipahami. Bukan berarti menulis asal-asalan atau terlalu santai, tapi justru menulis dengan penuh kesadaran agar pembaca nggak perlu mikir dua kali untuk paham.
Apalagi ketika menulis artikel. Awalnya, saya suka menulis bertele-tele demi menambahkan jumlah kata sampai akhirnya saya disadarkan ketika ikut les privat IELTS Writing.
Kata mentor IELTS saya, tulisan saya berputar-putar sampai susah menemukan inti. Ini jadi kelemahan penulis Indonesia pada umumnya. Untuk esai dalam bahasa Inggris, yang ditekankan adalah inti dan alur tulisan yang tepat sasaran. Di situlah akhirnya saya terus belajar sampai menemukan metode plain language.
Kenapa Plain Language Penting?
Coba deh pikir, kamu bikin artikel, email, atau caption panjang lebar, tapi kalau pembacanya harus baca ulang 3–4 kali buat mengerti maksudmu, berarti ada yang salah di penyampaiannya.
Plain language penting karena:
- Menghemat waktu pembaca.
- Meningkatkan pemahaman pesan.
- Menghindari miskomunikasi.
- Terasa lebih manusiawi, tidak kaku seperti robot.
Apalagi di zaman sekarang, orang-orang maunya cepat, praktis, dan langsung paham. Efek konten pendek sepertinya.
Attention Span yang Semakin Pendek
Agar Sampai Tujuan
Ciri-Ciri Tulisan Plain Language
Tulisan yang pakai metode ini biasanya:
- Pakai kalimat pendek dan to the point.
- Hindari jargon, istilah teknis, atau kalau terpaksa dipakai, dijelaskan artinya.
- Gunakan kata kerja aktif.
- Gunakan struktur kalimat yang logis.
- Pakai kata-kata sehari-hari.
Contoh: Sebelum & Sesudah
Biar lebih kebayang, saya kasih contoh ya.
Sebelum (tidak pakai plain language):
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan pada tanggal 10 April 2025, maka dimohon kepada seluruh peserta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keikutsertaan dalam kegiatan dimaksud.
Sesudah (pakai plain language):
Kami akan mengadakan pelatihan pada 10 April 2025. Mohon semua peserta mempersiapkan diri dan perlengkapan yang dibutuhkan.
Lihat bedanya? Versi kedua jauh lebih gampang dipahami. Kalimatnya pendek, langsung ke poin, dan tidak bikin kening berkerut.
Menulis Dengan Plain Language
Bukan berarti menulis dengan gaya ini selalu mudah. Kadang, kita terlalu terbiasa pakai gaya formal atau bahasa yang “terdengar pintar”. Saya juga pernah merasa kalau pakai bahasa sederhana itu jadi kayak nggak profesional. Padahal kenyataannya, yang sederhana itu justru lebih efektif.
Tantangannya juga bisa datang dari ego kita sendiri. Kita pengin terdengar cerdas, padahal yang penting bukan seberapa keren kalimat yang kita buat, tapi apakah pembaca bisa ngerti maksud kita.
Tips Menulis Dengan Plain Language
Kalau kamu pengin mulai belajar nulis dengan metode ini, saya punya beberapa tips yang bisa langsung kamu coba:
-
Tulis dulu, edit belakangan. Jangan mikir terlalu rumit di awal. Tuangkan dulu idenya.
-
Baca keras-keras. Kalau kamu kesulitan membacanya dengan lancar, kemungkinan besar pembaca juga akan kesulitan.
-
Minta orang lain baca. Kalau mereka butuh penjelasan tambahan, mungkin tulisan kamu belum cukup jelas.
-
Gunakan alat bantu. Ada alat seperti Hemingway Editor atau Grammarly yang bisa bantu mengukur kejelasan tulisan kamu.
-
Bayangkan kamu lagi ngobrol. Coba bayangkan kamu menjelaskan isi tulisanmu ke teman kamu secara langsung. Apakah kamu akan pakai kata-kata yang sama?
Sederhanakan data. Kalau kamu menuliskan isi laporan yang penuh dengan angka dan data penting, sederhanakan formatnya agar mudah dipahami. Jangan ditulis dalam bentuk paragraf. Kamu bisa menyederhanakan dalam bentuk tabel atau grafik.
Aturan dalam Penulisan Digital
Menulis dengan plain language bukan soal “merendahkan” tulisan, tapi justru menghargai waktu dan daya pikir pembaca. Kamu mengajak orang memahami, bukan bikin mereka tersesat dalam kalimat yang berputar-putar.
Kalau kamu menulis konten untuk karusel, maka pikirkan warna tulisan dengan desain latar belakangnya. Apakah kontrasnya enak di mata hingga tulisan mudah dibaca? Ini juga masuk dalam kaidah plain language. (Baca Juga: Tips Riset Konten Artikel dengan 5W1H)
Kalau kamu seorang bloger, copywriter, content creator, atau siapa pun yang menulis untuk orang lain, coba deh biasakan pakai plain language. Saya pribadi merasa tulisan saya jadi lebih kuat, lebih dekat, dan lebih banyak dimengerti sejak pakai pendekatan ini. Selamat mencoba!
2 Comments
Masih belum paham tentang plain language!
ReplyDeleteLebih soal menulis dengan tujuan memudahkan pembaca. Misalnya, membuat kalimat efektif, menyusun data angka jadi tabel bukannya paragraf :D
Delete